Tampilkan postingan dengan label Biologi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Biologi. Tampilkan semua postingan

Rabu, 01 Agustus 2012

Cabang Ilmu Biologi Beserta Kajiannya

Akhir-akhir ini sepertinya ada banyak sekali yang mencari informasi tentang ilmu biologi dan cabang-cabangnya. Untuk itu, pada postingan kali ini saya akan menuliskan tentang apa itu biologi serta daftar ilmu-ilmu apa saja yang merupakan cabang biologi. Artikel ini saya tulis dengan referensi dari beberapa sumber seperti wikipedia, dll.

Pengertian Ilmu Biologi

Biologi adalah salah satu ilmu alam yang mempelajari segala hal yang berhubungan dengan makhluk hidup dan kehidupan. Objek kajian biologi tidak hanya mencakup tentang semua makhluk hidup yang ada, tapi juga mengkaji makhluk hidup yang pernah ada. Biologi juga membahas secara detail tingkat organisasi kehidupan dari tingkatan yang paling kecil hingga tingkatan yang paling besar, meliputi molekul/zat yang menyusun makhluk hidup, organel, sel, jaringan, organ, sistem organ, individu, populasi, komunitas, ekosistem, biome, hingga biosfer.

Istilah biologi sendiri berasal dari kata Bahasa Yunani, yaitu bios yang berarti hidup dan logos yang berarti lambang atau ilmu. Aristoteles adalah salah satu ilmuwan Yunani Kuno yang dianggap sebagai bapak biologi dunia. Ia pernah melakukan observasi di Pulau Lesbos mengenai sejarah hewan, generasi hewan, dan bagian hewan. Ia juga adalah orang pertama yang memisahkan mamalia air dari kelompok hewan. Sementara itu, biologi modern mulai dikenal sejak abad ke-18 Masehi. Semenjak saat itu, ilmu biologi terus mengalami perkembangan hingga harus dipecah-pecah menjadi cabang-cabang ilmu yang fokus mempelajari satu bidang seperti ilmu botani yang khusus mempelajari tumbuhan atau ilmu mikrobiologi yang khusus mempelajari mikroorganisme.

Cabang-Cabang Biologi

Seperti yang telah disebutkan diatas, biologi dipecah menjadi beberapa cabang ilmu agar semakin mudah dan fokus dalam pengkajiannya. Adapun cabang-cabang dari ilmu biologi yang jumlahnya sangat banyak, diantaranya dapat kita lihat pada tabel di bawah ini.

Nama Ilmu Objek Kajian
Anatomi Mempelajari struktur tubuh makhluk hidup
Bakteriologi Mempelajari segala hal yang berhubungan dengan bakteri
Botani Mempelajari segala hal yang berhubungan dengan tumbuhan
Bioteknologi Mempelajari tentang penerapan ilmu biologi secara terpadu (ex: pangan, pengobatan)
Ekologi Mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya
Embriologi Mempelajari perkembangan embrio
Genetika Mempelajari penurunan sifat organisme
Histologi Mempelajari jaringan makhluk hidup
Imunologi Mempelajari imun/sistem kekebalan tubuh
Mikrobiologi Mempelajari mikroorganisme
Ornitologi Mempelajari tentang burung (aves)
PalaentologiMempelajari fosil
Sitologi Mempelajari tentang sel
Taksonomi Mempelajari tentang pengelompokan/pengklasifikasian makhluk hidup
Zoologi Mempelajari segala hal yang berhubungan dengan hewan
Virologi Mempelajari virus

Itu tadi sekilas mengenai apa itu biologi, pengertian, serta daftar ilmu apa saja yang termasuk dalam cabang biologi. Jika ada yang ingin menambahkan atau mengkoreksi, saya persilahkan untuk disampaikan di kotak komentar. Semoga bermanfaat.

Kamis, 07 Juni 2012

Filum Platyhelminthes (Cacing Pipih)

Platyhelminthes adalah salah satu filum dari kingdom animalia yang anggotanya mencakup jenis-jenis cacing yang memiliki bentuk tubuh pipih dorsoventral. Nama platyhelminthes sendiri berasal dari Bahasa Yunani, yaitu platy yang berarti pipih dan helminth yang berarti cacing.

planaria


A. Ciri-Ciri Platyhelminthes
  1. Mempunyai bentuk tubuh pipih.
  2. Tidak mempunyai rongga tubuh (selom).
  3. Simetris bilateral, tubuh triploblastik.
  4. Pencernaan dengan gastrovaskuler.
  5. Bernapas dengan seluruh permukaan tubuh.
  6. Tidak memiliki sistem peredaran darah.
  7. Mempunyai ganglion sebagai sistem syaraf.
  8. Memiliki sel api sebagai alat ekskresi.
  9. Pada umumnya bersifat hemafrodit, yang artinya terdapat dua jenis alat kelamin yaitu jantan dan betina dalam satu individu namun jarang terjadi pembuahan sendiri.
B. Struktur Tubuh Platyhelminthes

Platyhelminthes mempunyai tubuh berbentuk pipih tanpa ruas-ruas yang dapat dibagi menjadi bagian anterior (kepala), posterior (ekor), dorsal (punggung), ventral (daerah yang berlawanan dengan dorsal), dan lateral (bagian samping tubuh). Platyhelmintes memiliki tubuh dengan simetri bilateral, hewan ini merupakan triploblastik yang tersusun atas tiga lapisan jaringan yaitu ektoderm (lapisan luar), mesoderm (lapisan tengah), dan endoderm (lapisan dalam).

C. Klasifikasi Platyhelminthes

Platyhelminthes dibagi menjadi empat kelas, yaitu Turbellaria (cacing berambut getar), Trematoda (cacing isap), Cestoda (cacing pita), dan monogenea.

1. Turbellaria (Cacing Berambut Getar)

Planaria sp. adalah salah satu contoh spesies yang termasuk dalam kelas Turbellaria. Cacing ini bersifat karnivor dan hidup bebas di perairan seperti di sungai, kolam, atau danau. Planaria memiliki panjang tubuh antara 5-25 mm. Hewan ini bergerak dengan silia yang terdapat pada bagian epidermis tubuhnya.

Planaria memiliki sistem pencernaan yang masih sangat sederhana yang terdiri dari mulut, faring, dan rongga gastrovaskuler (usus). Hewan ini tidak memiliki anus sehingga sisa-sisa makanan yang tidak dicerna akan dikeluarkan kembali melalui mulut.

Planaria mengeksresikan sisa metabolisme tubuh yang berupa nitrogen melalui permukaan tubuhnya yang dilangkapi oleh sel api. Cacing ini memiliki sistem saraf yang berpusat di ganglia pada bagian kepala yang kemudian bercabang-cabang membentuk sistem syaraf tangga taali. Planaria dapat bereproduksi secara seksual maupun aseksual. Perkembangbiakan secara seksual terjadi saat sel sperma membuahi sel telur betina. Planaria bersifat hemafrodit, sehingga tak akan pernah tejadi pembuahan sendiri. Reproduksi planaria secara aseksual terjadi melalui proses fragmentasi atau memotong diri. Setiap potongan tubuh akan beregenerasi sehingga akan membentuk individu baru.

2. Trematoda (Cacing Isap)

Semua anggota kelas ini bersifat parasit yang hidup di dalam tubuh hewan maupun manusia. Cacing ini mempunyai alat hisap (sucker) yang terdapat pada bagian mulut atau ventral tubuhnya yang dilengkapi dengan gigi kitin. Permukaan tubuh trematoda tidak dilengkapi dengan silia namun mempunyai kutikula untuk mempertahankan diri.

Contoh spesies anggota trematoda adalah Fasciola hepatica (cacing hati). Cacing ini mempunyai bentuk tubuh yang mirip seperti daun dengan ukuran panjang 2-5 cm dan lebar 1 cm. Fasciola hepatica hidup sebagai parasit di dalam kantong empedu hati ternak. Saluran pencernaan cacing ini terdiri atas mulut yang terdapat di bagian ujung anterior dilengkapi dengan alat hisap bergigi kitin untuk melekatkan diri.

  • Daur Hidup Fasciola hepatica
Fasciola hepatica bersifat hemafrodit dan berkembang biak secara generatif. Daur hidup cacing ini dimulai saat telur Fasciola hepatica dewasa yang berada di saluran empedu hewan ternak keluar bersama feses. Pada tempat yang tepat, telur yang telah fertil tersebut akan menetas sebagai larva bersilia yang disebut dengan mirasidium. Mirasidium kemudian masuk ke dalam tubuh siput karena tidak bisa bertahan di alam bebas lebih dari 8 jam. Di dalam tubuh siput, mirasidium akan tumbuh menjadi sporosista, lalu berkembang menjadi redia (larva kedua), kemudian menjadi serkaria (larva ketiga).

Serkaria mempunyai bentuk tubuh seperti berudu yang dapat berenang bebas. Serkaria kemudian keluar tubuh siput lalu hidup menempel di rumput kemudian membentuk metaserkaria. Jika rumput yang terdapat metaserkaria tersebut dimakan oleh hewan ternak, maka metaserkaria akan tumbuh besar di organ hati. ulang kembali. Siklus pun kemudian akan terUntuk lebih jelasnya silahkan perhatikan gambar di bawah ini.

daur hidup, Fasciola hepatica

Selain cacing hati, ada juga anggota kelas trematoda lain yang hidup sebagai parasit di organisme lain yaitu Clonorchis sinensis dan Opisthorchis sinensis yang hidup sebagai parasit di dalam tubuh manusia. Kedua cacing ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui inang perantara (sebagai tempat hidup larva) ikan air tawar dan keong yang dimakan manusia.

3. Cestoda (Cacing Pita)

Cacing pita memiliki ciri khusus berupa bentuk tubuhnya yang pipih dan memanjang seperti pita. Cacing jenis ini tidak mempunyai saluran pencernaan karena sari-sari makanan akan langsung bisa diserap melalui permukaan tubuhnya. Tubuh Cestoda terdiri dari ruas-ruas yang disebut dengan proglotid. Setiap proglotid pada cacing pita mempunyai sistem reproduksi dan ekskresinya sendiri, oleh karena itulah cacing pita dianggap sebagai koloni individu.

cestoda

Contoh cacing pita antara lain adalah Taenia solium dan Taenia saginata. Cacing ini adalah parasit pada tubuh manusia dengan inang perantara hewan babi dan sapi. Cacing ini masuk kedalam tubuh sapi atau babi melalui larva Taenia .sp yang termakan kedua hewan tersebut. Larva yang tertelan kemudian akan berada di usus halus dan tumbuh menjadi heksakan. Larva ini kemudian akan menembus usus halus lalu terbawa oleh aliran darah dan masuk ke dalam daging. Jika daging babi atau sapi ini dimakan oleh manusia, maka cacing ini akan masuk dan berkembang menjadi cacing dewasa di dalam tubuh manusia. Cacing pita dewasa dapat mencapai ukuran panjang tubuh hingga 20 cm. Dan berikut adalah gambar ilustrasi daur hidup Taenia .sp.

daur hidup, taenia, cestoda

4. Monogenea

Hewan monogenea umumnya adalah parasit yang hidup pada tubuh ikan. Hewan ini tidak memiliki rongga tubuh dan mempunyai sistem pencernaan yang sangat sederhana berupa mulut, usus, dan lubang anus. Monogenea adalah hewan hemafrodit, hewan ini tidak mengalami fase aseksual. Telur Monogenea yang menetas akan mengalami fase larva yang disebut dengan onkomirasidium. Contoh spesies yang termasuk ke dalam kelas monogenea adalah Schistosoma mansoni.

Sumber:
  • BSE Biologi kelas X, Suwarno
  • http://id.wikipedia.org/wiki/Platyhelminthes

Rabu, 23 Mei 2012

Filum Coelenterata (Hewan Berongga)

Coelenterata atau yang juga biasa disebut dengan Cnidaria adalah filum hewan yang memiliki tubuh sangat sederhana. Kata Coelenterata berasal dari kata coelos yang berarti rongga dan enteron yang berarti usus. Jadi, Coelenterata adalah hewan yang memiliki rongga di dalam tubuhnya yang sekaligus berfungsi sebagai organ pencernaan makanan. Coelenterata disebut sebagai hewan sederhana karena jaringan tubuhnya hanya terdiri dari dua lapis sel, yaitu sel internal dan eksternal.

Seblum lanjut ke materi tentang coelenterata ini, saya sarankan terlebih dahulu untuk membaca postingan sebelumnya yang berjudul Kingdom Animalia.

cnidaria, polip medusa

A. Ciri-Ciri Coelenterata
  1. Terdapat sekitar 10.000 spesies  Coelenterata yang sebagian besar hidup di laut.
  2. Sebagian hidup secara soliter, sedangkan sebagian lain hidup berkoloni.
  3. Memiliki simetri radial.
  4. Memiliki rongga gastrovaskuler yang berfungsi untuk mencerna makanan.
  5. Tubuhnya hanya memiliki satu lubang bukaan yanh berfungsi sebagai mulut sekaligus anus.
  6. Merupakan hewan diploblastik.
  7. Mempunyai tentakel yang berfungsi untuk memasukkan makanan ke dalam mulut.
  8. Tentakel dilengkapi dengan sel penyengat yang disebut dengan knidosit (cnidoblast).
  9. Memiliki dua bentuk tubuh, yaitu polip dan medusa.
B. Struktur Tubuh Coelenterata

Coelenterata merupakan diploblastik, hewan ini mempunyai dua lapis sel yaitu ektoderm yang merupakan lapisan sel luar dan endoderm yang merupakan lapisan dalam. Coelenterata memiliki dua bentuk tubuh, yaitu polip dan medusa. Pada bentuk polip (seperti tabung), coelenterata memiliki mulut di bagian dorsal yang dikelilingi oleh tentakel. Sedangkan pada bentuk medusa yang berbentuk seperti cakram, mulut coelenterata terletak di bagian bawah (oral) dan tubuhnya dikelilingi oleh tentakel.

C. Reproduksi Coelenterata

Coelenterata dapat bereproduksi baik dengan cara generatif (seksual) maupun vegetatif (aseksual). Reproduksi secara generatif terjadi saat sel sperma jantan membuahi sel telur (ovum) betina. Sedangkan perkembangbiakan secara aseksual berlangsung dengan cara pembentukan tunas pada sisi tubuh coelenterata yang akan tumbuh menjadi individu baru setelah lepas dari tubuh induknya.
daur hidup obelia, metagenesis
Tahap metagenesis pada Obelia sp.

Beberapa jenis coelenterata juga mengalami metagenesis (pergiliran keturunan), yaitu perkembangbiakan seksual yang diikuti oleh perkembangbiakan aseksual pada satu generasi. Pada coelenterata jenis ini, tubuh akan memiliki bentuk polip pada satu fase hidupnya, kemudian berbentuk medusa pada tahap selanjutnya.

D. Klasifikasi Coelenterata

Coelenterata terdiri dari tiga kelas utama, yaitu Hydrozoa, Scypozoa, dan Anthozoa.
  1. Hydrozoa

    Beberapa jenis hidrozoa mengalami dua siklus hidup yaitu tahap polip yang aseksual dan tahap medusa yang seksual. Contohnya adalah spesies Obelia sp. Ada pula yang selama hidupnya hanya berbentuk polip saja, misalnya Hydra.

    Sebagian besar hydra hidup di perairan secara soliter (sendiri-sendiri). Pada ujung tubuh hydra terdapat mulut yang dilengkapi oleh tentakel yang berfungsi untuk menangkap makanan. Tentakel-tentakel ini dilengkapi dengan sel knidosit yang mengandung nematosista, yaitu racun berbentuk sengat untuk memburu mangsa. Hydra dapat bereproduksi secara seksual maupun aseksual. Perkembangbiakan seksual terjadi saat sel sperma jantan membuahi sel telur betina. Sedangkan perkembangbiakan aseksual terjadi dengan tunas (kuncup) yang tumbuh di sisi tubuh hydra yang nantinya akan tumbuh menjadi individu baru.
  2. struktur tubuh hydra
  3. Scyphozoa Contoh spesies yang termasuk dalam kelas ini adalah Aurelia aurita (ubur-ubur). Hewan ini memiliki bentuk seperti mangkuk, kadang mempunyai tubuh berwarna namun ada beberapa spesies yang tubuhnya transparan. Tubuh Scyphozoa dilengkapi dengan tentakel yang mempunyai sel penyengat. Seluruh spesies Scyphozoa hidup di perairan, baik tawar maupun laut.
  4. Anthozoa Memiliki ciri-ciri khusus yaitu tubuh yang menyerupai bunga. Contoh spesies yang termasuk dalam kelas ini adalah Metridium (anemon laut). Anthozoa hidup sebagai polip, salah satu ujung tubuhnya mempunyai mulut yang dikelilingi tentakel lengkap dengan penyengatnya, sedangkan ujung yang lain merupakan bagian tubuh yang berfungsi untuk melekatkan diri pada dasar perairan.
E. Peran Coelenterata Bagi Manusia

Beberapa jenis cerlenterata dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kosmetik bahkan bisa diolah menjadi agar-agar. Sebagian lain membentuk terumbu karang yang bisa menahan gelombang. Beberapa spesies coelenterata juga memberikan pemandangan indah di dasar lautan dengan warna dan bentu mereka yang unik.

Sumber:
  • BSE Biologi kelas X. Mochammad Anshori
  • Biologi untuk SMA kelas X. Erlangga
  • http://id.wikipedia.org/wiki/Cnidaria

Selasa, 22 Mei 2012

Filum Porifera (Hewan Berpori-Pori)

Sebelum membaca materi kali ini, saya sarankan terlebih dahulu untuk membaca postingan sebelumnya yang berjudul Kingdom Animalia. Porifera berasal dari Bahasa Latin yaitu porus yang berarti lubang kecil atau pori-pori, serta ferre yang berarti mengandung. Jadi, Porifera dapat diartikan sebagai hewan yang di dalam tubuhnya terdapat lubang-lubang kecil atau berpori-pori.

Porifera adalah hewan yang memiliki tubuh yang cukup sederhana, hewan ini biasanya hanya memiliki ukuran tubuh sekitar 1-2 cm. Selain memiliki pori-pori mikroskopis pada tubuhnya, porifera juga memiliki ciri khusus berupa sistem kanal atau sistem saluran air yang berfungsi sebagai tempat bersirkulasinya air di dalam tubuhnya.

A. Ciri-Ciri Porifera
  1. Merupakan hewan multiseluller (bersel banyak).
  2. Belum mempunyai organ pencernaan, sistem peredaran darah , sistem saraf, dan otot; namun sel-sel tubuhnya dapat mengindra dan bereaksi terhadap perubahan lingkungan.
  3. Mempunyai dua fase kehidupan, yaitu saat hidup berenang bebas (fase larva) dan saat berbentuk sesil yang hidup menetap di dasar perairan (fase dewasa).
  4. Merupakan hewan diploblastik yang memiliki dua lapis sel pembentuk tubuh, yaitu ektoderma (lapisan luar dan endoderma (lapisan dalam).
  5. Bentuk tubuh hewan ini ada yang seperti piala, jambangan, terompet, dan bercabang-cabang seperti tumbuhan.
  6. Habitat utama di perairan (terutama di laut).
gambar porifera

B. Struktur Tubuh Porifera

Pada bagian tengah tubuh porifera, terdapat spongosol (paragaster). Spongosol adalah ruangan yang berfungsi sebagai saluran air. Pada bagian atas spongosol terdapat oskulum, yitu lubang besar yang berfungsi sebagai tempat keluarnya air.

Dari luar ke dalam, porifera tersusun atas tiga lapisan dinding tubuh, yaitu epidermis (lapisan terluar), mesoglea (lapisan pembatas), dan endodermis (lapisan dalam).
  1. Epidermis, adalah lapisan terluar tubuh porifera. Lapisan ini tersusun oleh sel-sel epitelium pipih yang disebut dengan pinakosit. Beberapa sel ini membentuk lubang kecil (ostium) tempat masuknya air . Pada ostium, terdapat porosit yang berfungsi untuk mengendalikan buka atau tutupnya ostium.
  2. Mesoglea, adalah lapisan yang berupa gelatin. Lapisan ini merupakan pembatas antara lapisan dalam (endodermis) dengan lapisan luar (epidermis). Mesoglea mengandung dua macam sel, yaitu sel ameboid dan skleroblas. Sel-sel ameboid berfungsi sebagai pengangkut makanan dan zat-zat sisa metabolisme dari satu sel ke sel yang lainnya. Sedangkan sel skleroblas berfungsi untuk membentuk spikula. Spikula merupakan duri-duri berfungsi sebagai penguat dinding yang lunak.
  3. Endodermis, adalah lapisan dalam tubuh porifera. Lapisan ini terdiri dari sel-sel leher (koanosit) yang memiliki flagela dan berfungsi untuk mencerna makanan.
C. Sistem Pencernaan Porifera

Proses pencernaan pada porifera berlangsung pada bagian endodermis. Pada bagian ini, flagel yang terdapat pada koanosit akan bergerak-gerak sehingga menyebabkan air yang membawa oksigen dan makanan berupa plankton akan mengalir dari ostium masuk masuk ke spongosol lalu masuk ke oskulum. Makanan ini lalu akan dicerna di dalam vakuola makanan. Setelah dicerna, sari-sari makanan diangkut oleh sel-sel amebosit untuk diedarkan keseluruh tubuh. Sedangkan sisa-sisa makanan yang sudah tak terpakai lagi akan dikeluarkan oleh sel-sel leher (koanosit) melalui spongosol sebelum akhirnya keluar dari tubuh melalui oskulum.

D. Sistem Reproduksi Porifera

Pada hewan porifera, reproduksi dapat berlangsung melalui dua cara, yaitu reproduksi secara seksual dan aseksual.
  1. Reproduksi secara seksual, yaitu reproduksi yang terjadi saat sel sperma bersatu dengan sel ovum. Pada dasarnya, porifera bersifat hemafrodit karena ovum dan sperma dapat dihasilkan oleh satu individu yang sama. Namun sperma tidak akan dapat membuahi sendiri ovum yang terdapat dalam tubuhnya sendiri, sehingga pembuahan hanya akan dapat terjadi antara sperma dan sel telur antar individu yang berbeda.
  2. Reproduksi secara aseksual, yaitu reproduksi yang terjadi tanpa proses pembuahan sperma pada ovum. Reproduksi aseksual pada hewan porifera dapat terjadi melalui dua cara, yaitu dengan cara pembentukan kuncup dan gemula (kuncup dalam). Gemula adalah butir benih yang diproduksi oleh porifera di lingkungan yang tak menguntungkan, misalnya terlalu dingin atau terlalu panas.
E. Sistem Sirkulasi Air Porifera

Sistem kanal atau saluran air pada porifera dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu ascon, sycon, dan leucon.
  1. Ascon, adalah tipe sistem saluran air dimana lubang-lubang ostiumnya langsung terhubung lurus ke spongosol.
  2. Sycon, pada tipe saluran ini air akan masuk ke dalam ostium lalu melewati saluran-saluran bercabang sebelum masuk ke dalam spongosol. Saluran bercabang ini biasanya dilapisi oleh koanosit.
  3. Leucon, adalah tipe saluran air yang ostiumnya dihubungkan dengan rongga-rongga bercabang yang tidak terhubung langsung menuju spongosol.
saluran air, ascon, leucon,sycon
Jenis-jenis saluran air porifera
(arahkan kursor ke gambar untuk memperbesar)

F. Klasifikasi Porifera

Terdapat tiga kelas yang dapat diklasifikasikan ke dalam filum porifera, yaitu kelas Calcarea, Hexactinellida, dan Demospongiae.
  1. Calcarea, merupakan kelas porifera yang memiliki spikula dari zat kapur. Contoh spesies calcarea antara lain Sycon sp. dan Clathrinasp yang biasa hidup di daerah laut dangkal.
  2. Hexactinellida, memiliki spikula yang tersusun atas zat kersik (silikat). Contoh spesies dari kelas  hexactinellida antara lain Pheronema sp. dan Euplectella sp. yang hidup di laut dalam.
  3. Demospongiae, merupakan porifera bertulang lunak dengan spikula yang tersusun dari zat kersik. Contoh spesies dari kelas  demospongiae antara lain Euspongia sp., Spongila sp., dan Callyspongia sp.
G. Peranan Porifera Bagi Manusia

Tubuh porifera biasanya dimanfaatkan manusia sebagai alat penggosok badan atau perabotan. Selain itu porifera juga banyak digunakan sebagai hisan akuarium. Porifera kadang juga merugikan bagi manusia karena hidup melekat pada kulit tiram, sehingga kualitas tiram yang dihasilkan oleh peternakan akan berkurang.

Sumber:
  1. BSE Biologi kelas X. Mochammad Anshori
  2. http://id.wikipedia.org/wiki/Porifera

Senin, 21 Mei 2012

Kingdom Animalia (Dunia Hewan)

Kingdom animalia adalah salah satu kingdom yang memiliki anggota yang paling banyak dan bervariasi. Secara garis besar kingdom animalia dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu golongan vertebrata (hewan bertulang belakang) dan golongan invertebrata (hewan tak bertulang belakang. Dan berikut akan dijelaskan mengenai ciri-ciri, struktur lapisan tubuh, dan klasifikasi dari kingdom animalia.


peta konsep, kingdom animalia

Peta konsep kingdom animalia
(klik gambar untuk memperbesar)

A. Ciri-ciri Kingdom Animalia

Anggota kingdom animalia memiliki ciri-ciri yang yang membedakannya dengan kingdom-kingdom lain, seperti:
  1. Hewan merupakan organisme eukariotik multiseluler.
  2. Bersifat heterotrofik, berbeda dengan tumbuhan yang bisa memproduksi makanan sendiri lewat fotosintesis (autotrof), hewan tidak bisa memproduksi makanan sendiri sehingga akan memakan bahan organik yang sudah jadi.
  3. Tidak memiliki dinding sel, komponen terbesar sel hewan tersusun atas protein struktural kolagen.
  4. Memiliki jaringan saraf dan jaringan otot sehingga bisa aktif bergerak (bersifat motil).
  5. Sebagian besar bereproduksi secara seksual.
  6. Siklus hidup didominasi oleh bentuk diploid (2n).
B. Struktur Tubuh Animalia

Dalam klasifikasi kingdom animalia, paling tidak ada dua ciri yang membedakan struktur tubuh suatu hewan. Dua ciri tersebut antara lain berdasarkan simetri tubuh dan lapisan tubuh.

1. Simetri tubuh

Berdasarkan simetri tubuhnya, hewan dapat dibedakan menjadi hewan yang memiliki simetri tubuh bilateral dan hewan yang memiliki simetri tubuh radial.
  • Simetri Bilateral, adalah hewan yang bagian tubuhnya tersusun bersebelahan dengan bagian lainnya. Jika diambil garis memotong dari depan ke belakang, maka akan terlihat bagian tubuh tubuh yang sama antara kiri dan kanan. Hewan yang bersimetri bilateral selain memiliki sisi puncak (oral) dan sisi dasar (aboral), juga memiliki sisi atas (dorsal) dan sisi bawah (ventral), sisi kepala (anterior) dan sisi ekor (posterior), serta sisi samping (lateral).
  • Simetri Radial, adalah hewan yang memiliki lapisan tubuh melingkar (bulat). Hewan dengan simetri radial hanya memiliki dua bagian, yaitu bagian puncak (oral) dan bagian dasar (aboral). Hewan yang bersimetri radial disebut sebagai radiata, hewan yang termasuk dalam kelompok ini antara lain porifera, cnidaria, dan echinodermata.
simetri radial, bilateral

2. Lapisan Tubuh

Dalam perkembangannya menjadi individu dewasa, hewan akan membentuk lapisan tubuh. Berdasarkan jumlah lapisan tubuhnya, hawan dikelompokkan menjadi diploblastik dan tripoblastik.
  • Hewan Diploblastik, adalah hewan yang memiliki dua lapis sel tubuh. Lapisan terluar disebut dengan ektoderma, sedangkan lapisan dalam disebut dengan endoderma. Contoh dari hewan diploblastik adalah cnidaria.
  • Hewan Triploblastik, adalah hewan yang memiliki tiga lapis sel tubuh. Lapisan terluar disebut eksoderma, lapisan tengah disebut mesoderma, dan lapisan dalam disebut endoderma. Ektoderma akan berkembang menjadi epidermis dan sistem saraf, mesoderma akan berkembang menjadi kelenjar pencernaan dan usus, sedangkan endoderma akan berkembang menjadi jaringan otot.
3. Rongga Tubuh (selom)

Hewan triploblastik masih dapat diklasifikasikan lagi berdasarkan rongga tubuh (selom) yang dimilikinya. Rongga tubuh pada hewan sendiri dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu aselomata, pseudoselomata, dan selomata.

  • Aselomata, adalah hewan bertubuh padat yang tidak memiliki rongga antara usus dengan tubuh terluar. Hewan yang termasuk aselomata adalah cacing pipih (Platyhelmintes).
  • Pseudoselomata, adalah hewan yang memiliki rongga dalam saluran tubuh (pseudoselom). Rongga tersebut berisi cairan yang memisahkan alat pencernaan dan dinding tubuh terluar. Rongga tersebut tidak dibatasi jaringan yang berasal dari mesoderma. Hewan yang termasuk pseudoselomata adalah Rotifera dan Nematoda.
  • Selomata, adalah hewan berongga tubuh yang berisi cairan dan mempunyai batas yang berasal dari jaringan mesoderma. Lapisan dalam dan luar dari jaringan hewan ini mengelilingi rongga dan menghubungkan dorsal dengan ventral membentuk mesenteron. Mesenteron berfungsi sebagai penggantung organ dalam. Selomata sendiri dibedakan menjadi dua jenis, yaitu protoselomata dan deutroselomata. Contoh hewan yang termasuk protoselomata antara lain Mollusca, Annelida, dan Arthropoda. Sedangkan hewan yang termasuk dalam deutroselomata antara lain Echinodermata dan Chordata.
C. Klasifikasi Kingdom Animalia

Anggota kingdom animalia diklasifikasikan menjadi sembilan filum, antara lain:

1. Porifera (hewan berpori).
2. Cnidaria (hewan berongga).
3. Platyhelmintes (cacing pipih).
4. Nemathelmintes (cacing gilig).
5. Annelida (cacing bersegmen).
6. Mollusca (hewan bertubuh lunak).
7. Arthropoda (hewan berbuku).
8. Echinodhermata (hewan berkulit duri).
9. Chordata (hewan bertulang).

Kesembilan filum anggota kingdom animalia ini insyaallah akan dibahas lebih rinci lagi di postingan-postingan selanjutnya agar tidak terlalu panjang.

Sumber:

Minggu, 22 April 2012

Interaksi Antar Komponen Ekosistem

Pada artikel sebelumnya yang berjudul Pengertian Ekosistem, telah kita ketahui bahwa berdasarkan sifatnya, ekosistem tersusun atas dua komponen, yaitu komponen biotik (makhluk hidup) dan komponen abiotik (bukan makhluk hidup). Sedangkan jika ditinjau dari fungsinya, ekosistem tersusun atas empat komponen, yaitu, produsen, konsumen, dekomposer, dan detritivor.


Di dalam ekosistem, kesemua komponen tersebut mempunyai perannya masing-masing dan saling berinteraksi satu sama lain. Pola interaksi antar komponen di dalam ekosistem dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu interaksi antarorganisme, interaksi antarpopulasi, dan interaksi antar komunitas.

A. Interaksi Antar Organisme

Tiap individu makhluk hidup selalu bergantung dan berhubungan dengan individu lain, baik yang masih satu spesies maupun yang berbeda spesies. Interaksi antar organisme dalam ekosistem ini dapat berupa simbiosis. Simbiosis adalah interaksi antara dua individu yang hidup berdampingan. Makhluk hidup yang melakukan simbiosis disebut dengan simbion. Simbiosis yang terjadi antarorganisme dibedakan menjadi tiga macam, yaitu simbiosis parasitisme, komensalisme, dan mutualisme.

1. Simbiosis Parasitisme

Simbiosis parasitisme adalah hubungan antar oranisme beda spesies. Dalam hubungan ini, satu pihak akan untung dan pihak yang lain akan rugi. Contoh dari simbiosis parasitisme antara lain yang terjadi antara benalu dengan tumbuhan inangnya, cacing perut dengan manusia, dan cacing tambang dengan sapi. Dalam simbiosis parasitisme ini satu individu hidup dengan mengambil makanan dari organisme yang menjadi inangnya.

2. Simbiosis Komensalisme

Simbiosis komensalisme adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies dimana satu pihak diuntungkan sedangkan pihak lain tidak diuntungkan ataupun dirugikan. Contoh dari simbiosis komensalisme antara lain bunga anggrek dengan pohon yang ditumpanginya, ikan badut dengan anemon laut, dan ikan hiu dengan ikan remora.

3. Simbiosis Mutualisme

Simbiosis mutualisme adalah hubungan antara dua organisme beda spesies yang kedua pihaknya sama-sama untung. Contoh dari simbiosis mutualise antara lain bunga dengan kupu-kupu, burung jalak dengan kerbau, dan bakteri Rhizobium yang hidup pada bintil akar kacang-kacangan.
ikan badut
Ikan badut dan anemon laut

B. Interaksi Antar Populasi

Dalam suatu komunitas, antara populasi yang satu dengan populasi yang lain selalu berlangsung interaksi baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

Contoh dari interaksi antar populasi adalah alelopati. Interaksi alelopati terjadi jika satu populasi menghasilkan zat yang dapat menghambat tumbuhnya populasi lain. Contohnya adalah rumput teki yang menghalangi tumbuhnya rumput lain dengan cara menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada mikroorganisme, alelopati dikenal dengan istilah anabiosa. Contoh dari anabiosa adalah jamur Penicillium sp. yang menghasilkan antibiotik yang dapat menghalangi pertumbuhan bakteri tertentu.

Dalam interaksi ini antar populasi ini, terjadi juga kompetisi yang disebut dengan interspesifik. Kompetisi interspesifik terjadi jika terdapat kepentingan yang sama antar populasi sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Contoh dari persaingan interspesifik adalah kompetisi antara populasi rusa dengan populasi kuda untuk mendapatkan rumput.

C. Interaksi Antar Komunitas

Komunitas adalah kumpulan populasi yang berada di suatu tempat yang sama dan saling berinteraksi. Contohnya adalah komunitas sawah dan sungai. Komunitas sawah disusun oleh bermacam-macam organisme seperti padi, belalang, ular, tikus dan gulma. Sedangkan komunitas sungai terdiri dari ikan, udang, alga, plankton, dan pengurai. Antara komunitas sawah dan sungai, terjadi interaksi dalam bentuk peredaran nutrien dari air sungai ke sawah serta peredaran organisme antar kedua komunitas tersebut.

Selain melibatkan organisme, interaksi antar komunitas juga dapat berupa aliran energi dan makanan, seperti pada daur karbon. Daur karbon terjadi dengan melibatkan dua komunitas yang berbeda misalnya laut dan darat.

Selasa, 17 April 2012

Pengertian Ekosistem

ekosistem

Organisme hidup di dalam sebuah sistem yang ditopang oleh berbagai komponen yang saling berhubungan dan saling berpengaruh. Sistem inilah yang disebut dengan ekosistem. Ekosistem adalah tempat dimana terjadinya proses saling interaksi dan ketergantungan antara makhluk hidup sebagai komponen biotik, dengan Lingkungan hidupnya yang merupakan komponen abiotik.


Ekosistem dipelajari dalam salah satu cabang ilmu biologi yaitu ekologi. Ekologi berasal dari bahasa Yunani yaitu oikos yang berarti tempat hidup, dan logos yang berarti ilmu. Pembahasan ekologi tak bisa lepas dari ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik sendiri adalah seluruh makhluk hidup di bumi yang mencakup individu, populasi, dan komunitas. Sedangkan komponen abiotik adalah faktor-faktor yang bukan makhluk seperti faktor fisik dan kimia. Contoh dari komponen abiotik antara lain air, suhu, sinar matahari, tanah, dan angin.

A. Interaksi Dalam Ekosistem

Pola-pola interaksi dalam ekosistem melibatkan faktor biotik dan abiotik melalui rantai makanan, aliran energi, dan daur biogeokimia yang berlangsung baik pada tingkat individu, populasi, maupun komunitas.

Aliran energi adalah rangkaian urutan pemindahan energi dari satu bentuk ke bentuk energi yang lain. Proses ini dimulai dari sinar matahari, produsen, konsumen pertama hingga terakhir, dan dekomposer (pengurai). Pemindahan dan perubahan energi berlangsung di dalam rantai makanan dan jaring-jaring makanan. Sedangkan daur biogeokimia adalah daur unsur atau senyawa kimia yang mengalir dari komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke abiotik. Yang termasuk daur biogeokimia antara lain daur karbon, nitrogen, sulfur, dan fosfor.

rantai makanan
Rantai makanan

jaring makanan
Jaring-jaring makanan

B. Jenis-jenis Ekosistem

Berdasarkan proses terjadinya, ekosistem dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu ekosistem alami dan ekosistem buatan.

  1. Ekosistem alami, adalah jenis ekosistem yang terjadi secara alami tanpa campur tangan manusia. Contoh dari ekosistem alami antara lain ekosistem sungai, danau, laut, gurun, padang lumut, padang rumput, dan lain-lain.
  2. Ekosistem buatan, adalah ekosistem yang sengaja dibuat oleh manusia untuk keperluan tertentu. Contoh ekosistem buatan antara lain ekosistem sawah, bendungan, waduk, kebun, hutan produksi, dan lain-lain.
C. Perubahan Ekosistem

Ekosistem sendiri tidaklah bersifat statis, melainkan selalu mengalami perubahan. Keseimbangan lingkungan dapat berubah melalui proses alami maupun karena campur tangan manusia. Pencemaran lingkungan adalah salah satu faktor yang dapat mengganggu keseimbangan alam. Pencemaran lingkungan disebabkan oleh bahan pencemar (polutan) yang berasal dari berbagai sumber.

Menurut sumbernya, polutan dapat berasal dari buangan limbah industri, sampah organik, limbah rumah tangga, dan limbah pertanian. Menurut tempatnya, polusi dapat dibedakan menjadi polusi udara, polusi air, polusi tanah, dan polusi suara. Sedangkan menurut jenis bahan pencemarnya, pencemaran dapat dibedakan menjadi pencemaran kimiawi, fisik, dan biologis.

Komponen lain yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem adalah limbah. Limbah adalah sumber daya alam yang telah kehilangan fungsinya. Keberadaan limbah di lingkungan harus ditangani secara tepat karena selain berpotensi menjadi polutan, keberadaan limbah dapat mengganggu keindahan, kenyamanan dan kesehatan. Karena keberadaannya yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem itulah limbah harus ditangani secara bijak seperti dengan cara mengurangi penggunaan barang tertentu (reduce), pemanfaatan kembali (reuse), dan daur ulang (recycle).

Minggu, 01 April 2012

Tumbuhan Lumut (Bryophyta)

padang lumut, tundra

Pada umumnya, tumbuhan lumut dapat tumbuh dengan mudah di tempat yang basah dan lembab. Tumbuhan lumut bersifat autotrof karena mempunyai sel-sel dengan plastida yang menghasilkan klorofil. Tubuh lumut diselubungi oleh kutikula lilin yang dapat mengurangi penguapan berlebihan dari tubuhnya, sehingga memungkinkannya untuk dapat beradaptasi di lingkungan yang tak terlalu basah.

Tumbuhan lumut tergolong sebagai kormofita berspora, karena tumbuhan ini menghasilkan spora sebagai alat perkembangbiakannya. Tumbuhan lain yang juga termasuk kormofita berspora adalah tumbuhan paku.

A. Ciri-ciri Lumut

Tumbuhan lumut mengalami pergiliran keturunan (metagenesis). Dalam proses metagenesis ini, lumut mengalami dua fase kehidupan, yaitu fase gametofit (haploid) dan fase sporofit (diploid). Lumut memiliki dua alat perkembangbiakan (gametangium), yaitu arkegonium sebagai sel gamet betina, dan anteridium sebagai sel gamet jantan. Berikut adalah bagan tahapan metagenesis yang terjadi pada tumbuhan lumut.

Daun pada tumbuhan lumut mempunyai sel-sel yang kecil, sempit, panjang, dan mengandung kloroplas yang tersusun seperti jala. Terdapat juga sel-sel mati yang berfungsi sebagai tempat persediaan air dan penyimpanan cadangan makanan. Tumbuhan lumut mempunyai akar dalam bentuk rizoid yang melekat pada tempat tumbuhnya lumut. Rizoid ini juga berfungsi untuk menyerap air serta garam-garam mineral ke dalam tubuh lumut.

B. Reproduksi Lumut

Lumut mengalami pergiliran keturunan (metagenesis). Dalam proses metagenesis ini, lumut mengalami dua fase kehidupan, yaitu fase gametofit (haploid) dan fase sporofit (diploid). Lumut memiliki dua alat perkembangbiakan (gametangium), yaitu arkegonium sebagai sel gamet betina, dan anteridium sebagai sel gamet jantan. Berikut adalah bagan tahapan metagenesis yang terjadi pada tumbuhan lumut.

reproduksi, metagenesis

C. Klasifikasi Lumut

Tumbuhan lumut (bryophyta) dibagi menjadi tiga kelas, yaitu lumut daun (bryophyta), lumut hati (hepaticophyta), dan lumut tanduk (anthocerotophyta).
  1. Lumut Daun (Bryophyta)

    Lumut daun adalah jenis tumbuhan lumut yang sering dijumpai di daerah yang lembab. Pada umumnya, satu individu lumut daun menghasilkan jenis gamet yang berbeda sehingga dapat dibedakan mana individu jantan, mana individu betina. Akan tetapi ada juga tumbuhan lumut yang menghasilkan gamet jantan anteridium) dan gamet betina (arkegonium) dalam satu individu.

    Pada fase sporofit, tumbuhan lumut akan menghasilkan spora sebagai alat perkembangbiakannya. Jika spora lumut sampai di lingkungan yang sesuai, spora lumut akan tumbuh menjadi protonema. Protonema inilah yang akhirnya tumbuh menjadi tumbuhan lumut baru. Contoh spesies tumbuhan lumut daun adalah Polytrichum juniperinum, Pogonatum cirratum, dan Aerobryopsis longissima.

  2. Lumut Hati (Hepaticophyta)

    Tubuh lumut hati tersusun atas struktur tubuh yang berbentuk hati pipih yang disebut talus yang tidak terdiferensiasi menjadi akar, batang, maupun daun. Tumbuhan lumut mempunyai tubuh yang terbagi menjadi dua lobus sehingga tampak seperti lobus pada hati.

    Gametangium pada lumut hati umumnya terdapat pada struktur batang yang disebut arkegoniofor (tempat penghasil arkegonium) dan anteridiofor (tempat penghasil anteridium). Lumut hati juga bisa melakukan perkembangbiakan aseksual dengan sel yang disebut gemma. Gemma merupakan struktur seperti mangkok yang terdapat di permukaan gametofit. Contoh spesies lumut hati adalah Marchantia polymorpha dan Porella.

  3. Lumut Tanduk (Anthocerotophyta)

    Lumut tanduk mempunyai gametofit yang mirip dengan gametofit pada lumut hati, perbedaan antara keduanya hanya terdapat pada sporofitnya. Sporofit pada lumut tanduk mempunyai kapsul memanjang yang tumbuh seperti tanduk. Ciri unik dari lumut tanduk adalah sporofit akan terus tumbuh selama masa hidup gametofit. Contoh dari lumut tanduk adalah Anthoceros natans.
D.  Peranan Tumbuhan Lumut

Beberapa spesies tumbuhan lumut mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, diantaranya:
  1. Spesies lumut Marchantia polymorpha , biasa dimanfaatkan sebagai obat hepatitis.
  2. Jenis-jenis lumut gambut yang termasuk dalam genus Sphagnum biasa digunakan sebagai pengganti kapas.  Sphagnum juga berfungsi untuk membantu penyerapan air dan menjaga kelembaban tanah.
  3. Cephalozoella massalongoi, spesies lumut ini biasa tumbuh di tanah atau batuan yang mengandung tembaga sehingga dapat digunakan sebagai indikator keberadaan tembaga.
  4. Asplenium nidus, biasa digunakan sebagai tanaman hias.

Jumat, 16 Maret 2012

Sistem Pencernaan Pada Manusia

Salah satu ciri makhluk hidup adalah membutuhkan makanan. Makanan baru akan berfungsi bagi tubuh jika sari-sari makanan yang diperoleh dari proses pencernaan diedarkan oleh darah keseluruh tubuh. Proses pencernaan pada manusia sendiri melibatkan beberapa organ, seperti:


1. Mulut
2. Kerongkongan (esofagus)
3. Lambung (ventrikulus)
4. Usus Halus
5. Usus Besar
pencernaan makanan


Proses pencernaan makanan terjadi melalui dua cara, yaitu pencernaan mekanik dan pencernaan kimiawi. Pencernaan mekanik adalah proses pencernaan yang dilakukan secara fisik dengan cara menghancurkan makanan menjadi ukuran yang lebih kecil, contoh dari pencernaan mekanik adalah saat kita mengunyah makanan di mulut dengan bantuan gigi. Selanjutnya setelah makanan tadi kita kunyah, maka akan bercampur dengan air ludah. Pencampuran makanan dengan zat-zat kimia yang terkandung dalam air ludah inilah yang disebut sebagai pencernaan kimiawi. Selain air ludah, zat kimia lain yang berperan dalam pencernaan kimiawi adalah asam lambung, cairan empedu, dan getah pankreas.

A. Mulut

Mulut adalah saluran pencernaan pertama yang dilalui makanan. Di dalam rongga mulut terdapat beberapa alat lain seperti gigi, lidah, dan kelenjar ludah.
  • Gigi, berfungsi sebagai alat pencernaan mekanik seperti untuk memotong, mengoyak, dan memecah makanan menjadi begian yang lebih kecil sehingga mempermudah kerja enzim. Berdasarkan fungsi dan bentuknya gigi dibedakan menjadi tiga jenis yaitu seri, taring, dan geraham. Gambar penampang gigi serta bagian-bagiannya dapat dilihat pada gambar.
  • Lidah, merupakan jaringan otot yang memiliki pangkal pada bagian belakang dasar mulut. Lidah berfungsi untuk menahan makanan saat dikunyah dan juga mendorong makanan dari rongga mulut untuk masuk ke kerongkongan.
  • Kelenjar ludah, sesuai namanya kelenjar ludah berfungsi untuk mengeluarkan air ludah. Di dalam air liur, terdapat enzim bernama amilase (ptialin). Enzim ptialin berfungsi untuk mengubah amilum (zat tepung) menjadi maltosa (gula).

bagian gigi, mulut

B. Kerongkongan (esofagus)

Kerongkongan adalah saluran pencernaan yang menghubungkan rongga mulut dengan lambung. Di dalam kerongkongan terjadi gerakan peristaltik. Gerakan peristaltik adalah gerakan kerongkongan mendorong makanan agar masuk ke dalam lambung.

C. Lambung (ventrikulus)

Lambung manusia terletak dibawah sekat rongga badan (diafragma) sebelah kiri. Lambung terdiri dari tiga bagian, yaitu:
  • Kardiak, adalah penghubung kerongkongan dengan lambung.
  • Fundus, merupakan bagian tengah lambung yang bentuknya agak besar.
  • Pilorus, adalah penghubung lambung dengan usus halus.
Lambung tersusun dari tiga lapisan otot, yaitu lapisan otot membujur di bagian paling luar, lapisan melingkar di bagian tengah, dan lapisan menyorong di bagian dalam. Di bagian dinding lambung terdapat sel-sel yang dapat mengeluarkan getah lambung. Getah lambung terdiri dari asam lambung (HCl), enzim pepsin, enzim renin, serta air dan cairan lendir (mukus).

1. Asam Lambung (HCl) berfungsi untuk:
  • Mengasamkan lambung sehingga kuman yang ada di dalamnya terbunuh.
  • Merangsang sekresi pada getah usus.
  • Mengaktifkan beberapa enzim yang terdapat pada getah lambung.
  • Mengubah kelarutan garam mineral.
2. Enzim Pepsin

Enzim ini sebenarnya dihasilkan oleh kelenjar lambung dalam bentuk pepsinogen. Karena bereaksi dengan HCl, pepsinogen ini lalu berubah menjadi enzim pepsin. Enzim pepsin berfungsi untuk memecah protein menjadi ukuran yang lebih kecil lagi yaitu pepton agar dapat diangkut oleh pembuluh darah.

3. Enzim Renin

Enzim renin dihasilkan oleh kelenjar di dinding lambung. Enzim renin berfungsi untuk mengendapkan protein susu menjadi kasein agar mudah dicerna.

D. Usus Halus

Usus halus pada manusia terdiri dari tiga bagian, yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus halus tengah (jejenum), dan usus halus bagian akhir (ileum). Pada usus halus, terjadi proses penyerapan sari-sari makanan yang selanjutnya diedarkan keseluruh tubuh melalui pembuluh darah. Proses pencernaan kimiawi pada usus halus dilakukan oleh zat-zat kimia yang dihasilkan dari getah usus, getah pankreas, dan kelenjar empedu.
  • Cairan Empedu, cairan ini tidak mengandung enzim. Cairan empedu terdiri dari air yang berfungsi sebagai pelarut, mucin yang berfungsi untuk melicinkan usus agar tidak terjadi infeksi, dan garam empedu yang mengandung natrium bikarbonat yang berfungsi untuk mengemulsikan lemak.
  • Getah pankreas, getah ini menghasilkan tiga macam enzim seperti enzim amilase, tripsin, dan lipase.
  1. Enzim amilase, berfungsi untuk merombak amilum menjadi glukosa.
  2. Enzim tripsin, berfungsi untuk merombak protein menjadi asam amino.
  3. Enzim ipase, berfungsi untuk mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
  • Getah usus, getah ini dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar yang terdapat pada dinding usus. Getah ini menghasilkan tiga macam enzim, yaitu:
  1. Enzim laktase, berfungsi untuk mengubah laktosa menjadi glukosa.
  2. Enzim maltase, berfungsi untuk mengubah maltosa menjadi glukosa.
  3. Enzim sukrase, berfungsi untuk mengubah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.

E. Usus Besar

Usus besar merupakan bagian terakhir dari sistem pencernaan pada manusia. Memiliki panjang kurang lebih satu meter dan terdiri atas dua bagian, yaitu usus tebal (colon) dan poros usus (rektum). Sisa-sisa makanan yang sudah diserap sari-sarinya oleh usus halus akan terdorong masuk ke dalam usus besar. Di dalam usus besar, air dan garam mineral yang masih terdapat dalam sisa-sisa makanan ini akan diserap kembali oleh dinding colon. Setelah itu, sisa-sisa makanan akan ditampung di dalam rektum untuk dibusukkan oleh bakteri pembusuk yang disebut dengan Escherichia coli. Zat-zat sisa makanan yang sudah menjadi feses (tinja) ini akan dikeluarkan dari tubuh melalui anus.

Sumber: Wikipedia

Senin, 12 Maret 2012

Proses Pembentukan Urin

Dalam posting sebelumnya berjudul Sistem Ekskresi Pada Manusia, telah sedikit kita bahas mengenai ginjal dan bagian bagiannya. Seperti kita tahu, ginjal adalah salah satu organ ekskresi yang berfungsi membuang zat sisa metabolisme dalam bentuk urin. Proses pembentukan urin sendiri dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap penyaringan (filtrasi), tahap penyerapan kembali (reabsorbsi), dan tahap augmentasi. Dan berikut adalah penjelasannya.



filtrasi, reabsorbsi, augmentasi

1. Penyaringan (Filtrasi)

Mula-mula darah yang masih mengandung air (H2O), glukosa(C6H12O6), amonia (NH3), garam, urea, dan asam amino masuk ke glomerulus melalui arteriol afferent untuk mengalami proses filtrasi. Glomerulus merupakan bagian dari badan malpighi. Sel-sel kapiler glomerulus yang mempuyai karakteristik berpori dan bertekanan tinggi ini semakin mempermudah berlangsungnya proses penyaringan atau filtrasi.

Di dalam glomerulus, terjadi proses penyerapan kembali sel-sel darah, keping darah, dan molekul-molekul protein yang berukuran besar. Sementara itu, molekul-molekul kecil yang terkandung dalam darah seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, dan urea lolos dari penyaringan dan ikut mengendap bersama urin primer. Urin primer yang sudah terbentuk ini kemudian akan ditampung di dalam kapsul bowman.

2. Penyerapan Kembali (Reabsorbsi)

Setelah darah mengalami filtrasi di glomerulus, maka urin primer yang sudah ditampung dalam kapsul bowman akan masuk ke dalam tubulus kontortus proksimal untuk mengalami proses penyerapan kembali (reabsorbsi).

Urin primer yang terbentuk melalui proses filtrasi masih mengandung beberapa zat yang berguna bagi tubuh, seperti glukosa, asam amino, dan beberapa ion seperti Na+, Cl, HCO3-, dan K+. Zat-zat yang masih berguna bagi tubuh ini selanjutnya akan masuk ke dalam pembuluh darah yang mengelilingi tubulus. Semantara itu zat-zat yang sudah tidak berguna lagi bagi tubuh seperti amonia, garam, dan urea akan membentuk urin sekunder. Urin sekunder ini lalu masuk ke lengkung henle untuk menuju ke tubulus kontortus distal. Pada saat melewati lengkung henle, air urin akan berubah menjadi lebih pekat dan volumenya menurun karena terosmosis. Pada urin sekunder ini, sudah tidak ditemukan lagi zat-zat yang masih berguna bagi tubuh. Sementara itu, komposisi zat-zat sisa metabolisme akan bertambah.

3. Augmentasi

Setelah mengalami proses reabsorbsi, urin sekunder akan masuk tubulus kontortus distal melalui lengkung henle. Di dalam tubulus kontortus distal, urin sekunder akan kehilangan banyak sekali air (H2O) sehingga urin menjadi lebih pekat. Disini jugalah urin sekunder mengalami penambahan zat sisa dan zat-zat beracun seperti ion hidrogen (H+) dan urea.

Setelah mengalami penambahan berbagai zat sisa pada proses augmentasi, urin sekunder kemudian menuju pelvis lalu masuk ke vesica urinaria melalui saluran ureter untuk ditampung sementara. Dari sana urin akan menuju ke kantung kemih. Kantung kemih hanya mampu menampung kurang lebih 300 ml air urin. Saat kantung kemih terisi penuh, maka dinding kantung kemih akan tertekan sehingga kita merasa ingin buang air kecil.

Urin yang ditampung di dalam kandung kemih ini selanjutnya akan keluar tubuh melalui saluran uretra. Urin sesungguhnya ini memiliki komposisi berupa air 96%, urea 2,5%, garam 1,5%, dan juga telah bercampur dengan zat warna empedu yang memberi warna pada air urin.

Manusia sendiri normalnya akan memproduksi urin sebanyak dua liter per hari. Banyak sedikitnya air urin yang diproduksi oleh manusia sebenarnya juga disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah jumlah air yang diminum, suhu udara, dan tekanan darah.

Sumber 1: Buku BSE kelas IX SMP
Sumber 2

Sabtu, 10 Maret 2012

Sistem Ekskresi Pada Manusia

Tubuh manusia senantiasa melakukan proses metabolisme. Selain menghasilkan energi, metabolisme pada tubuh manusia juga menghasilkan berbagai macam zat sisa seperti karbondioksida (CO2), air (H2O), amonia (NH3) dan urea. Zat-zat sisa metabolisme tersebut harus dikeluarkan dari tubuh karena sudah tidak berguna lagi dan bersifat racun yang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit.
Itulah mengapa tubuh manusia mempunyai organ-organ ekskresi seperti ginjal, paru-paru, kulit, dan hati. Organ-organ tersebut merupakan bagian dari sistem ekskresi pada manusia yang berfungsi untuk mengeluarkan semua zat sisa metabolisme yang sudah tidak berguna lagi bagi tubuh.

A. Ginjal

bagian ginjal

Ginjal berfungsi untuk menyaring zat-zat sisa yang terkandung dalam darah dan membuangnya bersama urin. Ginjal terdiri dari tiga bagian yaitu korteks, medula, dan pelvis. Pada bagian korteks terdapat badan malpighi yang berfungsi menyaring darah. Di bagian medula terdapat piramida ginjal yang berfungsi sebagai saluran pengumpul urin. Urin hasil penyaringan badan malpighi akan dialirkan untuk ditampung di pelvis. Urin ini kemudian dialirkan lagi ke kandung kemih melalui ureter. Air urin ini kemudian dibuang dari tubuh melalui saluan uretra.

B. Hati

Hati merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh manusia. Hati terletak di rongga perut sebelah kanan, berwarna merah tua dengan berat rata-rata mencapai 2 kilogram pada orang dewasa. Hati terbagi menjadi dua, yaitu lobus kanan dan lobus kiri.

Fungsi Hati
  1. Tempat penyimpanan gula dalam bentuk glikogen.
  2. Tempat pembentukan dan perombakan protein.
  3. Sebagai penetral racun yang masuk ke dalam tubuh.
  4. Merombak sel-sel darah yang telah mati.
  5. Sebagai organ ekskresi.
Sebagai organ ekskresi, hati mengeluarkan zat buang yang disebut dengan zat warna empedu. Zat warna empedu bersama-sama dengan cairan empedu akan dibuang melalui usus halus. Garam-garam empedu yang terdapat dalam cairan empedu akan diserap oleh usus karena berfungsi untuk pencernaan lemak. Sementara itu zat warna empedu akan dibuang keluar tubuh melalui feses (tinja) dan urin. Zat warna empedu inilah yang menyebabkan feses dan air urin berwarna kekuning-kuningan.

C. Kulit

Kulit adalah lapisan tipis yang menutupi seluruh permukaan tubuh manusia. Kulit tersusun dari tiga lapisan yaitu kulit ari (epidermis), kulit jangat (dermis), dan jaringan ikat bawah kulit. Berikut adalah beberapa fungsi dari kulit.
  1. Melindungi tubuh dari benda-benda asing.
  2. Tempat penyimpanan air dan lemak.
  3. Indra peraba.
  4. Tempat pembentukan vitamin D dengan dibantu oleh sinar matahari.
  5. Mengeluarkan sisa metabolisme dalam bentuk keringat.

Proses Pembentukan Keringat

Selain dikeluarkan melalui air urin, zat sisa metabolisme berupa air (H2O) juga dikeluarkan melalui kulit berupa keringat. Keringat dikeluarkan oleh tubuh melalui kelenjar-kelenjar keringat yang tersebar merata diseluruh kulit tubuh manusia. Air sisa metabolisme tubuh akan diangkut melalui pembuluh kapiler darah. Air sisa metabolisme yang dibawa oleh pembuluh kapiler tersebut akan meresap masuk ke dalam kelenjar keringat. Bersamaan dengan meresapnya air dari pembuluh kapiler tersebut, zat-zat sisa metabolisme lain seperti garam dan urea akan ikut serta masuk ke dalam kelenjar keringat. Selanjutnya air keringat akan terbentuk. Air keringat tersebut lalu keluar tubuh melalui pembuluh keringat sehingga tubuh akan menjadi basah karena keringat.

Dari sedikit pembahasan mengenai sistem ekskresi pada manusia diatas, dapat kita simpulkan jika:
Ekskresi adalah proses pembuangan zat-zat sisa metabolisme yang sudah tidak berguna lagi bagi tubuh

Selasa, 28 Februari 2012

Pengertian Lingkungan Hidup

lingkungan hidup, alamMakhluk hidup dan lingkungannya adalah dua hal yang tak terpisahkan dan saling membutuhkan. Hamparan samudera, bukit, pegunungan, sungai, danau, semuanya merupakan bagian dari lingkungan alam. Lingkungan alam sendiri merupakan salah satu bagian dari lingkungan hidup. Lingkungan hidup mencakup seluruh lingkungan alam seperti lingkungan fisik, biologi, dan sosial. Itulah mengapa pengertian lingkungan hidup lebih luas daripada lingkungan alam.

Pengertian Lingkungan Hidup Menurut Para Ahli

Berikut adalah pengertian lingkungan hidup yang dipaparkan oleh beberapa ahli.
  1. MUNAJAT DANUSAPUTRA: Lingkungan hidup adalah semua benda dan kondisi termasuk di dalamnya manusia dan aktifitasnya, yang terdapat dalam ruang di mana manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya.
  2. EMIL SALIM: Lingkungan hidup adalah segala benda, kondisi, keadaan, dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan yang kita tempati dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia.
  3. JONNY PURBA: Lingkungan hidup adalah wilayah yang merupakan tempat berlangsungnya bermacam-macam interaksi sosial antara berbagai kelompok beserta pranatanya dengan simbol dan nilai.
  4. SRI HAYATI: Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan makhluk hidup. Termasuk di dalamnya adalah manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Lingkungan Hidup Menurut UU No. 32 Tahun 2009

Menurut Undang-Undang Lingkungan Hidup No. 23 Tahun 1997 Pasal 1 yang kemudian disempurnakan oleh Undang-Undang No. 32 Tahun 2009, keduanya mendefinisikan pengertian lingkungan hidup sebagai berikut:

"Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain."

Selanjutnya dalam UU No. 32 Tahun 2009, pengertian lingkungan hidup diperjelas lagi dengan pasal tentang pengendalian lingkungan hidup sebagai berikut:

"Pengedalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup dilaksanakan dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup. Pengedalian pecemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup ini terdiri dari 3 hal yaitu : pencegahan,penanggulangan dan pemulihan lingkungan hidup dengan menerapkan berbagai instrument-instrument yaitu : Kajian lingkungan hidup straegis (KLHS); Tata ruang; Baku mutu lingkungan hidup; Kreteria baku mutu kerusakan lingkungan hidup; Amdal; UKL-UPL; perizinan; instrument ekonomi lingkungan hidup; peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup; anggaran berbasis lingkungan hidup; Analisis resiko lingkungan hidup; audit lingkungan hidup, dan instrument lain sesuai dnagan kebutuhan dan/atau perkembangan ilmu pengetahuan."

Lingkungan hidup sebagaimana yang disebutkan oleh undang-undang di atas merupakan suatu sistem yang meliputi lingkungan alam hayati maupun non hayati yang kesemua komponen-komponen di dalamnya tersebut memiliki pengaruh bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Manusia sebagai bagian dari lingkungan hidup haruslah memiliki kesadaran untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup tersebut bukan malah merusaknya karena bagaimanapun juga kehidupan manusia sangat bergantung dengan alam. Jika manusia merusak alam, maka manusia sendirilah yang akan menerima akibatnya.

Contohnya jika manusia menebang hutan secara berlebihan untuk membuka lahan pertanian maupun untuk membangun perumahan. Pohon-pohon di hutan yang selama ini merupakan daerah resapan daerah penyimpan cadangan air akan hilang. Akibatnya ketika musim hujan air tidak akan ada yang menahan lagi sehingga terjadilah banjir yang akan memakan banyak korban jiwa maupun harta. Selain itu, air akan semakin sulit didapatkan saat musim kemarau, hewan-hewan akan mati, dan berbagai kerugian lain yang akan merugikan manusia.

Bagaimanapun juga, lingkungan hidup adalah anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa kepada seluruh makhluk ciptaannya agar dimanfaatkan secara bijak. Pemanfaatan lingkungan hidup dalam rangka memenuhi kebutuhan makhluk hidup itu sendiri termasuk manusia haruslah dilakukan dengan sebuah tanggungjawab penuh agar kelangsungan dan kelestarian lingkungan hidup tetap terjaga.

Minggu, 26 Februari 2012

Persebaran Flora dan Fauna Di Indonesia

Indonesia memiliki kekayaan hayati yang sangat melimpah, sekitar 10% spesies tanaman yang ada di seluruh dunia, 12% dari seluruh spesies mamalia dunia, dan 17% dari seluruh spesies burung yang ada di seluruh dunia hidup di kepulauan-kepulauan Indonesia. Kekayaan hayati yang sangat melimpah ini menyebabkan Indonesia menjadi satu dari tujuh negara Mega Biodiversity yang memiliki hutan hujan tropis terbesar di dunia setelah Brasil dan Zaire. Sejumlah spesies flora dan fauna di Indonesia bersifat endemik, artinya spesies tersebut hanya ditemukan di daerah indonesia dan tidak ditemukan di wilayah lain.



Seorang ilmuwan berkebangsaan inggris Alfred Russel Walace pernah melakukan penelitian mengenai persebaran flora dan fauna di Indonesia pada tahun 1854-1862, dari hasil penelitian Walace tersebut disimpulkan bahwa tipe flora dan fauna di Indonesia bagian barat berbeda dengan tipe flora dan fauna di Indonesia bagian timur. Hewan dan tumbuhan yang tersebar di wilayah Indonesia bagian barat yang dimulai dari Selat Lombok di bagian selatan dan Selat Makasar sebagai batas bagian utara memiliki banyak kemiripan dengan flora dan fauna dari Asia. Garis batas yang ditarik antara Lombok dan Makasar inilah yang disebut dengan garis Wallace.

Selain Wallace, seorang ilmuwan lain berkebangsaan Jerman bernama Max Weber menetapkan batas persebaran flora dan fauna di wilayah Indonesia bagian timur yang memiliki banyak kemiripan dengan flora dan fauna dari Australia. Weber menarik garis antara Kepulauan Nusa Tenggara dan Halmahera sebagai garis batas flora dan fauna tipe Australia. Garis ini disebut sebagai garis Weber. Sementara itu diantara garis Wallace dan Weber yaitu wilayah diantara Paparan Sunda dan Paparan Sahul disebut sebagai zona peralihan.

garis wallace dan weber









Garis wallace membatasi flora dan fauna bertipe oriental dengan peralihan.
Garis Weber membatasi flora dan fauna tipe australia dengan peralihan.


Jenis dan Persebaran Flora di Indonesia

Secara geografis Indonesia terletak pada pertemuan dua rangkaian pegunungan muda yaitu sirkum Pasifik dan sirkum Mediterania. Hal ini menyebabkan Indonesia memiliki banyak sekali gunung berapi sehingga menyebabkan tanahnya menjadi subur dan kaya akan flora.

Berdasarkan jenis-jenisnya flora di Indonesia dapat dibagi menjadi:

  1. Hutan hujan tropis. Merupakan hutan rimba yang lebat. Jenis hutan ini terdapat di daerah tropis atau daerah yang memiliki curah hujan yang merata sepanjang tahu. Hutan hujan tropis juga disebut sebagai hutan heterogen karena terdiri dari berbagai jenis tumbuh-tumbuhan. Jenis hutan ini tersebar di wilayah Indonesia baik Indonesia barat, Tengah, Maupun Timur karena indonesia merupakan negara tropis yang berada di bawah garis khatulistiwa.
  2. Hutan musim. Disebut juga dengan hutan homogen. Hutan ini terdiri dari satu jenis tumbuhan saja seperti hutan jati, hutan cemara, dan hutan pinus. Hutan jenis ini banyak terdapat di wilayah Indonesia bagian tengah.
  3. Stepa (padang rumput). Padang rumput (stepa) adalah lahan yang hanya ditumbuhi oleh rumput-rumput tanpa terdapat pohon lainnya. Kawasan ini umumnya digunakan sebagai daerah peternakan. Stepa terdapat di daerah yang memiliki musim kemarau yang panjang atau curah hujan yang sedikit. Di Indonesia stepa banyak terdapat di Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat.
  4. Sabana. Sabana merupakan padang rumput (stepa) yang luas dan diselingi oleh pohon atau semak di sekitarnya. Sama seperti stepa, sabana juga terdapat di daerah yang memiliki curah hujang yang sedikit seperti di Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat.
  5. Padang lumut. Padang lumut banyak terdapat di wilayah yang memiliki cuaca dingin sperti di puncak-puncak gunung. Di Indonesia, padang lumut terdapat di puncak Jaya Wijaya, Papua.

Persebaran Fauna di Indonesia

Mengenai persebaran fauna di Indonesia, sebenarnya sudah sedikit saya singgung disini. Namun agar lebih lengkap, akan sedikit saya uraikan lagi di artikel ini.
  1. Fauna Indonesia Barat (oriental). Bagian barat Indonesia yang merupakan wilayah Paparan Sunda memiliki tipe fauna Asia (oriental) yang sangat kaya akan berbagai jenis mamalia berukuran besar dan kera. Di Sumatera terdapat gajah, tapir, siamang, dan orang utan. Di Jawa terdapat badak bercula satu, harimau, dan banteng. Di Kalimantan terdapat macan tutul, badak bercula dua, orang utan, dan beruang.
  2. Fauna Indonesia Tengah (peralihan). Indonesia bagian tengah merupakan daerah peralihan antara kawasan oriental dengan kawasan Australia. jarak garis Wallace yang merupakan batas antara wilayah Oriental dengan Wilayah peralihan dari Bali hingga Lombok jaraknya hanya sekitar 25 KM. Namun, perbedaan faunanya sungguh amat mencolok. Bali memiliki berbagai macam satwa dari Asia seperti bajing dan harimau, akan tetapi kedua satwa ini tidak menyebar lebih jauh lagi ke timur. Sementara itu Lombok memiliki satwa seperti beruang pemakan madu yang berasal dari Australia namun hewan ini tidak bisa ditemukan di kawasan oriental seperti bali.
    Kawasan Indonesia bagian tengah sendiri memiliki beberapa satwa yang khas seperti komodo, tapir, anoa, dan babirusa.
  3. Fauna Indonesia Timur (Australia). Di wilayah Indonesia bagian timur terdapat berbagai jenis fauna yang memiliki banyak kemiripan dengan fauna dari Australia seperti hewan berkantung seperti wallabi dan kangguru pohon serta terdapat juga beberapa jenis burung dengan warna mencolok seperti burung cendrawasih, nuri, dan parkit.

Selasa, 21 Februari 2012

Keanekaragaman Hayati Di Indonesia

Postingan kali ini sebenarnya hanya menyambung artikel sebelumnya mengenai Pengertian Keanekaragaman Hayati agar lebih lengkap. Keanekaragaman hayati di Indonesia merupakan yang salah satu yang paling beragam di dunia. Hal tersebut salahsatunya dikarenakan letak Indonesia yang berada di daerah tropis dengan berhektar-hektar hutan yang sangat kaya akan flora dan fauna. Indonesia juga memiliki berbagai macam ekosistem yang masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Kekayaan hayati Indonesia tidak hanya terdapat di daratan, namun juga di perairan.

Beberapa jenis organisme hanya bisa ditemukan di wilayah tertentu dan tidak bisa ditemukan di wilayah lain, organisme seperti ini disebut dengan organisme endemik. Contoh hewan endemik adalah : Jalak Bali yang hanya bisa ditemukan di Bali, Badak Jawa (badak bercula satu) yang hanya bisa ditemukan di pulau Jawa, Komodo yang hanya bisa ditemukan di Pulau Komodo, Maleo yang merupakan satwa endemik dari Sulawesi, dan masih banyak lagi. Selain satwa ada juga tumbuhan yang termasuk tumbuhan endemik, contohnya adalah Bunga Rafflesia yang hanya tumbuh di waktu-waktu tertentu di Pulau Sumatera dan Jawa.

Secara garis besar, keanekaragaman hayati dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu flora dan fauna. Flora adalah semua jenis tumbuhan yang hidup di suatu tempat dalam waktu tertentu, sementara fauna adalah segela jenis hewan yang hidup pada suatu daerah dan waktu tertentu.

Menurut Alfred Weber dan Wallace, keanekaragaman fauna di Indonesia dapat dibedakan menjadi tiga kelompok. Penggolongan ini didasarkan pada letak georafis persebaran fauna tersebut. Tiga kelompok fauna di Indonesia tersebut antara lain:
  1. Fauna Tipe Asiatis (oriental), Fauna jenis ini tersebar di wilayah Indonesia bagian barat yang termasuk Paparan Sunda seperti pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan pulau-pulau kecil disekitarnya. Disebut fauna tipe Asiatis karene satwa di daerah ini memiliki banyak kesamaan dengan hewan-hewan dari Asia (oriental). Di zona oriental ini banyak ditemukan spesies mamalia berukuran besar, misalnya: Gajah, Badak, banteng, harimau, dan lain-lain. Burung-burung tipe oriental atau asiatis kebanyakan memiliki warna bulu yang kurang menarik namun memiliki suara kicauan yang merdu. Berbagai macam kera seperti siamang, orang utan, dan kera hidung panjang banyak ditemukan di wilayah Asiatis ini.
  2. Fauna Tipe Austrialia, Bagian timur wilayah Indonesia banyak dihuni oleh fauna-fauna bertipe Australia yang terdiri dari burung-burung dangan warna mencolok seperti cendrawasih, kasuari, parkit; serta ditemukan juga beberapa jenis hewan berkantung (marsupial) seperti kangguru pohon dan wallabi. Mamalia berukuran kecil banyak ditemukan diwilayah Indonesia timur ini, namun sangat sedikit spesies kera yang bisa ditemukan di wilayah ini.
  3. Fauna Tipe Peralihan, Di antara wilayah fauna tipe oriental dan australia terdapat fauna tipe peralihan. Fauna tipe peralihan meliputi wilayah Indonesia bagian tengah seperti Sulawasi, Maluku, dan Nusa Tenggara. Fauna tipe peralihan kebanyakan adalah satwa endemik, contohnya: Burung Maleo yang hanya hidup di Sulawesi, Komodo yang hanya hidup di kepulauan Nusa Tenggara, Anoa yang hanya hidup di Sulawesi, dan babirusa yang hidup di Pulau Maluku.
komodo dragonPelestarian Keanekaragaman Hayati

Perlindungan (konservasi) untuk melindungi keanekaragaman hayati merupakan sebuah kesepakatan internasional untuk melindungi flora dan fauna dari ancaman kepunahan. Indonesia sendiri memiliki beberapa spesies yang terancam punah jika tidak mendapat upaya perlindungan,
diantaranya: Tapir, rangkong badak, anoa, badak jawa, harimau sumatera, dan lain-lain. Beberapa flora di Indonesia juga masuk dalam kategori langka misalnya: bunga rafflesia, dan andalas. Untuk melindungi hewan dan tumbuhan langka tersebut dari kepunahan, hewan dan tumbuhan tersebut dipelihara di suatu tempat untuk mendapat pemeliharaan. Berdasarkan tempat pemeliharaan tersebut, dikenal istilah pemeliharaan in situ dan ex situ.

  1. In Situ, adalah upaya konservasi hewan atau tumbuhan yang dilakukan di habitat aslinya dan tidak di bawa keluar. Hal tersebut dilakukan agar lingkungannya tetap sesuai dengan habitat alaminya. Contoh dari perlindungan in situ adalah dengan membangun cagar alam dan suaka marga satwa.
  2. Ex Situ, adalah pemeliharaan hewan atau tumbuhan yang dilakukan tidak di tempat aslinya, namun kondisinya dibuat semirip mungkin dangan habitat aslinya. Contoh perlindungan keanekaragaman hayati secara ex situ adalah pemeliharaan hewan di kebun binatang.

Minggu, 05 Februari 2012

Tumbuhan Paku (Pterydophyta)

tumbuhan paku, cakar ayam

Tumbuhan paku (Pterydophyta) adalah organisme anggota Kingdom Plantae yang telah berkormus (pembuluh sejati) dan merupakan tumbuhan berpembuluh darah yang paling sederhana. Berbeda dengan tumbuhan berbiji (gymnospermae dan angiospermae) yang berkembak biak menggunakan biji, tumbuhan ini memproduksi spora untuk dapat menghasilkan keturunan.

Tumbuhan paku dapat ditemukan di daerah tropik dan subtropik, dari dataran rendah hingga dataran tinggi, bahkan beberapa spesies tumbuhan paku dapat hidup di air. Tumbuhan ini cenderung menyukai daerah yang lembab dengan ketersediaan air yang melimpah karena air dapat membantu pergerakan sel sperma menuju sel telur.

Ciri-Ciri Tumbuhan Paku


a. Akar

Memiliki bentuk akar seperti akar serabut. Akar pada tumbuhan ini mempunyai sel puncak yang merupakan titik tumbuh akar yang berbentuk bidang empat dan di setiap ujung-ujung akar dilindungi oleh kaliptra.

b. Batang

Sebagian besar jenis tumbuhan paku batangnya berada di dalam tanah (berupa rimpang) sehingga tidak tampak dari luar. Kalaupun muncul ke permukaan tanah, maka ukuran batangnya akan terluhat sangat pendek.

c. Daun

Berdasarkan bentuk dan ukurannya, daun pada tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

  • Mikrofil , merupakan daun yang berukuran kecil dan berbentuk seperti sisik, tidak mempunyai tangkai dan tulang daun.
  • Makrofil, kebalikan dari mikrofil, daun tipe makrofil mempunyai ukuran yang besar, memiliki tangkai dan tulang daun, dan bercabang-cabang.
Sementara itu berdasarkan fungsinya, daun pada tumbuhan paku dibedakan menjadi:
  • Tropofil, daun ini berfungsi untuk melakukan fotosintesis.
  • Sporofil, selain dapat digunakan untuk berfotosintesis, daun ini bisa menghasilkan spora yang merupakan alat perkembangbiakan tumbuhan paku. Spora pada tumbuhan paku dibentuk dalam kotak spora (sporangium). Sedangkan kumpulan sporangium disebut dengan sorus. 

Reproduksi Pada Tumbuhan Paku


Reproduksi pada tumbuhan paku dapat terjadi dengan dua cara yaitu secara aseksual (vegetatif) yaitu dengan cara menghasilkan gemma (tunas) yang mengandung spora, dan secara seksual (generatif) yaitu dengan cara memproduksi sel kelamin jantan dan sel kelamin betina oleh alat kelamin (gametangium).

Tumbuhan paku dapat menghasilkan beberapa jenis spora, diantaranya:

  • Paku homospora, merupakan jenis paku yang hanya dapat menghasilkan satu jenis spora, yaitu spora jantan saja atau spora betina saja.
  • Paku heterospora, dapat menghasilkan jenis spora yang berlainan. Yaitu spora berukuran besar (megaspora) yang merupakan gamet betina, dan spora berukuran kecil (mikrospora) yang merupakan gamet jantan.
  • Paku peralihan, merupakan peralihan antara homospora dan heterospora. Spora jenis peralihan mempunyai bentuk dan ukuran yang sama, namun sebagian berkelamin jantan, dan yang lainnya berkelamin betina.
Tumbuhan paku (Pterydophyta) adalah tumbuhan yang mengalami metagenesis, yaitu pergiliran keturunanantara reproduksi seksual dengan reproduksi aseksual.

Klasifikasi Tumbuhan Paku


Tumbuhan paku dapat dibagi menjadi empat divisi, yaitu:

a. Psilotophyta, adalah tumbuhan paku sederhana yang hanya mempunyai dua generasi.

b. Licophyta, spesies ini pada umumnya adalah tumbuhan tropis yang hidup sebagai epifit. Hanya sedikit spesies lychophytha yang sampai sekarang masih bertahan hidup, diantaranya adalah yang tergolong dalam genus Lycopodium sp. dan Selaginella sp.

c. Equisetophyta, sering disebut dengan paku ekor kuda. Disetiap ujung batang terdapat strobilus, yang membuatnya tampak seperti ekor kuda.

d. Pterophyta, paku jenis ini banyak tumbuh di daerah tropis maupun subtropis. Tumbuhan paku jenis Pterophyta mempunyai jenis daun yang paling besar jika dibandingkan dengan tumbuhan paku pada divisi lainnya.

Sabtu, 28 Januari 2012

Pengertian Keanekaragaman Hayati

Setiap hari kita pasti selalu menjumpai berbagai macam makhluk hidup yang ada di lingkungan sekitar kita, baik yang hidup di daratan maupun perairan. Jika kita amati, setiap makhluk hidup ternyata mempunyai ciri khas dan perbedaan masing-masing yang tidak bisa ditemukan pada makhluk hidup lain. Bahkan kita juga bisa menemukan adanya perbedaan atau keanekaragaman dalam satu spesies makhluk hidup yang masih sama. Variasi pada makhluk hidup tersebut dapat berupa perbedaan bentuk, warna, tingkah laku, dan lain-lain. Perbedaan-perbedaan sifat atau variasi pada setiap makhluk hidup itulah yang disebut dengan keanekaragaman hayati.

Tingkat Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati (Biodiversity) terbentuk dari berbagai macam makhluk hidup dengan ekosistemnya yang saling bergantung. Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari organisme tingkat rendah hingga organisme tingkat tinggi. Namun secara garis besar tingkat keanekaragaman dapat dibagi menjadi tiga tingkat, yaitu keanekaragaman hayati tingkat gen, tingkat individu, dan tingkat ekosistem.
  1. Keanekaragaman Hayati Tingkat Gen

    Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, bahkan pada tingkat yang sangat kecil sekali seperti pada tingkat gen. Gen sendiri dapat diartikan sebagai materi genetik yang menurunkan sifat pada organisme, baik itu sifat yang tampak (fenotipe) maupun sifat yang tidak tampak (genotip). Gen terdapat pada kromoson atau inti sel setiap makhluk hidup. Satu individu mempunyai susunan perangkat gen yang berbeda dengan individu lainnya tergantung pada faktor penurunnya.

    Keanekaragaman hayati pada tingkat gen ini menyebabkan variasi pada organisme yang masih sejenis. Sehingga individu yang masih dalam satu spesies yang sama bisa memiliki ciri-ciri dan sifat yang berbeda. Kita ambil contoh tanaman mangga yang mempunyai beberapa varietas seperti manalagi, gadung, arum manis, golek, gedong, dan lain-lain. Munculnya beberapa varietas mangga tersebut dapat muncul karena adanya perkawinan silang sehingga susunan gen individu yang dihasilkan dapat berbeda dari induknya.

  2. Keanekaragaman Hayati Tingkat Spesies
  1. keanekaragaman hayati, keanekaragaman spesies
    Keanekaragaman hayati tingkat spesies memiliki perbedaan yang lebih mencolok dibanding dengan keanekaragaman hayati tingkat gen. Keanekaragaman hayati pada tingkat ini merupakan keanekaragaman yang terdapat pada makhluk hidup yang tidak satu jenis namun masih memiliki hubungan kekerabatan. Kita dapat mengambil contoh keanekaragaman yang terjadi pada tumbuhan palem, kelapa, kurma, dan sagu. Walaupun tumbuhan-tumbuhan tersebut termasuk golongan palem-paleman, namun memiliki bentuk fisik dan sifat yang berbeda.

    Contoh lain adalah variasi yang terdapat pada hewan kucing, harimau, singa, jaguar, dan citah. Meskipun kelima hewan tersebut termasuk dalam famili felidae, namun hewan-hewan tersebut mempunyai ciri fisik dan tingkah laku yang sangat berbeda.

  2. Keanekaragaman Hayati Tingkat Ekosistem

    Keanekaragaman hayati pada tingkat ini menyangkut makhluk hidup dan hubungannya dengan lingkungan. Makhluk hidup dan lingkungan adalah dua hal yang akan saling bergantung satu sama lain dan tidak dapat dipungkiri bahwa seluruh makhluk hidup pasti berinteraksi dengan lingkungannya.

    Di permukaan bumi ini, faktor pembentuk ekosistem yaitu biotik dan abiotik tidaklah sama di setiap tempat. Hal tersebut akan menghasilkan lingkungan yang tak sama pula, dan lingkungan yang berbeda akan menghasilkan makhluk hidup yang beragam dan mungkin tidak bisa ditemukan di tempat lain. Hal inilah yang menyebabkan terbentuknya keanekaragaman hayati tingkat ekosistem di permukaan bumi ini. Sebagai contoh ada ekosistem hutan hujan tropis, hutan gambut, padang pasir, padang rumput, laut, sungai, dan ekosistem lain yang masing-masing memiliki jenis keanekaragaman makhluk hidup dan lingkungan yang khas.